Makan cokelat bagi anak-anak, menurut
penelitian Sotiono GAFFAR, bisa memicu migrain. Sejumlah ahli meragukan
hasil penelitian itu. Cokelat dan anak-anak adalah dua hal yang sulit
dipisahkan. Hampir tidak ada anak-anak, bahkan orang dewasa, yang tidak
suka cokelat. Namun, di balik rasa nikmat cokelat, Anda teran- cam
penyakit migrain (rasa nyut-nyutan berkepanjangan di kepala) yang dipicu
oleh bahan kimia xanthin.
Timbulnya
kecurigaan cokelat sebagai pemicu migrain bermula dari hasil penelitian
Dokter Sotiono Gaffar, ahli farmakologi pada Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara (FK-USU), Medan. “Xanthin yang terdapat pada
cokelat mempunyai efek pada otak,” katanya kepada Abdul Sattar dari
Gatra. Ia mengaku belum mendapatkan angka pasti berapa kandungan xanthin
pada makanan cokelat, karena setiap perusahaan punya resep berbeda, dan
masing-masing merahasiakan ramuan mereka.
Yang jelas, makanan favorit anak-anak
itu terbuat dari kakao, gula, mentega, dan susu. Kadang ditambahi rum
agar rasanya lebih nikmat. Adapun bahan yang mengandung xanthin adalah
kakao. Xanthin, yang di dalamnya menyimpan bahan-bahan kimia kaffein,
theopilin, dan theobromine, dikenal mempunyai pengaruh terhadap kerja
jantung, kandung kemih, dan otak manusia. Jika mengudap cokelat
berlebihan, xanthin yang masuk ke tubuh sudah tentu juga banyak.
Akibatnya, kepala jadi nyut- nyutan.
Mengapa? Pada tubuh anak-anak, enzim
atau bahan-bahan organis lainnya belum berkembang secara lengkap.
Padahal, enzim sangat diperlukan sebagai proses biokimia untuk mengolah
makanan yang masuk ke tubuh. Apalagi, pada masa pertumbuhan, anak-anak
sangat rentan dengan berbagai bahan-bahan kimia dari luar.
Dengan kondisi pertumbuhan enzim yang
belum sempurna itu, menurut Dokter Harlinah, Kepala Laboratorium
Bio-Kimia FMIPA- USU, bagaimana mungkin anak-anak tersebut mampu
memproses xanthin dengan baik. Ia sepakat dengan hasil penelitian
Sotiono bahwa xanthin bisa mengakibatkan migrain, karena kandungan kakao
itu bisa terakumulasi di dalam tubuh. Kalau kumpulan xanthin ngendon di
otak atau pusat rangsangan saraf, maka bagian itu jelas akan terganggu,
dan pada gilirannya akan menimbulkan nyut-nyutan berkepanjangan di
kepala.
Sebenarnya ada saat xanthin tidak
berbahaya. Keadaan itu dimungkinkan, menurut Harlinah, jika proses
pengolahan bahan kimia tersebut bisa berjalan secara sempurna dan
alamiah di dalam tubuh. Artinya, berbagai enzim yang dipakai untuk
menyapu xanthin itu sudah terbentuk secara lengkap. Kalau en- zim belum
terbentuk, tak ada yang akan meredam munculnya migrain.
Munculnya gejala migrain sederhana
sekali, terutama pada anak-anak. Mula-mula cokelat dimakan seperti
layaknya makan nasi. Kemudian zat-zat yang dikandung cokelat itu
merambat ke pusat rangsangan otak. Jika daya tahan si anak rendah, maka
pengaruh cokelat akan sangat spontan. Sebaliknya kalau anak tersebut
mempunyai daya tahan kuat, maka makanan itu tidak mempunyai dampak
merugikan.
Berapa dosis xanthin yang bisa
mengundang bahaya? Belum ada jawaban yang pasti. Hanya saja, sebagai
patokan, menurut Dokter Takdir A. Zahirsyah, Ketua Farmakologi FK-USU,
jika kandungan xanthin melebihi standar, dampaknya akan segera muncul.
Cara mengetahui standarnya bisa dilihat pada saat minum kopi. Secangkir
kopi mengandung 75 – 100 miligram kaffein. Untuk orang dewasa dan normal
dia hanya bisa minum sebanyak 450 – 600 miligram per hari. “Jika yang
diminum kurang dari standar, maka tubuh masih aman-aman saja. Kalau
melebihi, maka jantung akan terasa berdebar dan sering buang air,”
katanya.
Secara umum, Takdir kurang mendukung
penemuan Sotiono. Pendapat itu senada dengan pendapat Dokter Datten
Bangun, ahli farmakologi pada FK-USU. Mereka berdua tampak berhati-hati
un- tuk mengambil kesimpulan. Sebab, kata Takdir, belum tentu cokelat
penyebab migrain. Untuk sampai menjadi migrain tergantung kepekaan tubuh
anak-anak itu. Lagi pula, dalam urusan makan cokelat orang Indonesia
tidak serakus orang bule. Artinya, hasil penelitian awal Sotiono tidak
perlu membuat anak-anak menjadi gelisah jika makan cokelat.
Sotiono mengakui tidak tahu persis
berapa anak yang mengalami migrain akibat xanthin yang terkandung dalam
cokelat. Sebab, penelitian lebih lanjut masih akan diteruskan. Secara
rinci, Sotiono masih enggan mengungkapkan hasil penelitiannya. Tapi,
sinyalemen Sotiono itu setidaknya merupakan aba-aba supaya lebih waspada
jika makan cokelat.
Pabrik cokelat cukup tersentak mendengar
hasil penelitian Sotiono itu. Tapi mereka, menurut Cintak, staf humas
pabrik cokelat PT Asia Sakti, yang memproduksi cokelat merek Elang dan
Hatari, belum percaya pada hasil penelitian tersebut. Ia menam- bahkan,
terbukti sampai sekarang belum ada konsumen yang mengadu sakit kepala
setelah makan cokelat. “Kami belum bisa memastikan, apakah cokelat
produk kami juga diteliti Dokter Sotiono. Yang jelas, kami tidak yakin
dengan hasil penelitian itu,” ujar Cintak.