WELCOME :)

Welcome into my blog guysss ;)

Semoga blog aku bisa bermanfaat ya ;)

Sabtu, 17 Maret 2012

Memahami Racun Dalam Coklat








Makan cokelat bagi anak-anak, menurut penelitian Sotiono GAFFAR, bisa memicu migrain. Sejumlah ahli meragukan hasil penelitian itu. Cokelat dan anak-anak adalah dua hal yang sulit dipisahkan. Hampir tidak ada anak-anak, bahkan orang dewasa, yang tidak suka cokelat. Namun, di balik rasa nikmat cokelat, Anda teran- cam penyakit migrain (rasa nyut-nyutan berkepanjangan di kepala) yang dipicu oleh bahan kimia xanthin.
coklat macam anak Memahami Racun dalam CokelatTimbulnya kecurigaan cokelat sebagai pemicu migrain bermula dari hasil penelitian Dokter Sotiono Gaffar, ahli farmakologi pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK-USU), Medan. “Xanthin yang terdapat pada cokelat mempunyai efek pada otak,” katanya kepada Abdul Sattar dari Gatra. Ia mengaku belum mendapatkan angka pasti berapa kandungan xanthin pada makanan cokelat, karena setiap perusahaan punya resep berbeda, dan masing-masing merahasiakan ramuan mereka.

Yang jelas, makanan favorit anak-anak itu terbuat dari kakao, gula, mentega, dan susu. Kadang ditambahi rum agar rasanya lebih nikmat. Adapun bahan yang mengandung xanthin adalah kakao. Xanthin, yang di dalamnya menyimpan bahan-bahan kimia kaffein, theopilin, dan theobromine, dikenal mempunyai pengaruh terhadap kerja jantung, kandung kemih, dan otak manusia. Jika mengudap cokelat berlebihan, xanthin yang masuk ke tubuh sudah tentu juga banyak. Akibatnya, kepala jadi nyut- nyutan.
Mengapa? Pada tubuh anak-anak, enzim atau bahan-bahan organis lainnya belum berkembang secara lengkap. Padahal, enzim sangat diperlukan sebagai proses biokimia untuk mengolah makanan yang masuk ke tubuh. Apalagi, pada masa pertumbuhan, anak-anak sangat rentan dengan berbagai bahan-bahan kimia dari luar.

Dengan kondisi pertumbuhan enzim yang belum sempurna itu, menurut Dokter Harlinah, Kepala Laboratorium Bio-Kimia FMIPA- USU, bagaimana mungkin anak-anak tersebut mampu memproses xanthin dengan baik. Ia sepakat dengan hasil penelitian Sotiono bahwa xanthin bisa mengakibatkan migrain, karena kandungan kakao itu bisa terakumulasi di dalam tubuh. Kalau kumpulan xanthin ngendon di otak atau pusat rangsangan saraf, maka bagian itu jelas akan terganggu, dan pada gilirannya akan menimbulkan nyut-nyutan berkepanjangan di kepala.

Sebenarnya ada saat xanthin tidak berbahaya. Keadaan itu dimungkinkan, menurut Harlinah, jika proses pengolahan bahan kimia tersebut bisa berjalan secara sempurna dan alamiah di dalam tubuh. Artinya, berbagai enzim yang dipakai untuk menyapu xanthin itu sudah terbentuk secara lengkap. Kalau en- zim belum terbentuk, tak ada yang akan meredam munculnya migrain.

Munculnya gejala migrain sederhana sekali, terutama pada anak-anak. Mula-mula cokelat dimakan seperti layaknya makan nasi. Kemudian zat-zat yang dikandung cokelat itu merambat ke pusat rangsangan otak. Jika daya tahan si anak rendah, maka pengaruh cokelat akan sangat spontan. Sebaliknya kalau anak tersebut mempunyai daya tahan kuat, maka makanan itu tidak mempunyai dampak merugikan.

Berapa dosis xanthin yang bisa mengundang bahaya? Belum ada jawaban yang pasti. Hanya saja, sebagai patokan, menurut Dokter Takdir A. Zahirsyah, Ketua Farmakologi FK-USU, jika kandungan xanthin melebihi standar, dampaknya akan segera muncul. Cara mengetahui standarnya bisa dilihat pada saat minum kopi. Secangkir kopi mengandung 75 – 100 miligram kaffein. Untuk orang dewasa dan normal dia hanya bisa minum sebanyak 450 – 600 miligram per hari. “Jika yang diminum kurang dari standar, maka tubuh masih aman-aman saja. Kalau melebihi, maka jantung akan terasa berdebar dan sering buang air,” katanya.
Secara umum, Takdir kurang mendukung penemuan Sotiono. Pendapat itu senada dengan pendapat Dokter Datten Bangun, ahli farmakologi pada FK-USU. Mereka berdua tampak berhati-hati un- tuk mengambil kesimpulan. Sebab, kata Takdir, belum tentu cokelat penyebab migrain. Untuk sampai menjadi migrain tergantung kepekaan tubuh anak-anak itu. Lagi pula, dalam urusan makan cokelat orang Indonesia tidak serakus orang bule. Artinya, hasil penelitian awal Sotiono tidak perlu membuat anak-anak menjadi gelisah jika makan cokelat.

Sotiono mengakui tidak tahu persis berapa anak yang mengalami migrain akibat xanthin yang terkandung dalam cokelat. Sebab, penelitian lebih lanjut masih akan diteruskan. Secara rinci, Sotiono masih enggan mengungkapkan hasil penelitiannya. Tapi, sinyalemen Sotiono itu setidaknya merupakan aba-aba supaya lebih waspada jika makan cokelat.

Pabrik cokelat cukup tersentak mendengar hasil penelitian Sotiono itu. Tapi mereka, menurut Cintak, staf humas pabrik cokelat PT Asia Sakti, yang memproduksi cokelat merek Elang dan Hatari, belum percaya pada hasil penelitian tersebut. Ia menam- bahkan, terbukti sampai sekarang belum ada konsumen yang mengadu sakit kepala setelah makan cokelat. “Kami belum bisa memastikan, apakah cokelat produk kami juga diteliti Dokter Sotiono. Yang jelas, kami tidak yakin dengan hasil penelitian itu,” ujar Cintak.

http://jualpropolis.web.id/memahami-racun-dalam-cokelat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar